watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
sopir ngentot nyonyanya

Kadang aku bingung memahami
kehidupan ini. Dulu waktu di desa sebagai bujang
ngejar-ngejar wanita desa aja banyak yang
menolak. Eh giliran sekarang jadi sopir pribadi
malah dapat rejeki nomplok. Bisa numpaki dan
ngeloni nyonya majikanku yang cuantiik buanget
biar usianya sudah 35. Badan masih bagus,
singset, kulit kuning mulus. Hidung mancung dan
di bibirnya suka muncul bintik-bintik kayak
keringat. Syeddapp. Dulu sebelum numpaki
nyonya aku sering curi-curi pandang
Demi melihat hidung dan bibirnya itu. Dia tahu,
tapi cuek. Pura-pura kali ya. Wanitakan suka
ditatap penuh nafsu oleh laki-laki. Meskipun oleh
sopirnya kayak aku ini. Memang sih suka
menampakkan tampang tidak suka kayaknya
sebal gitu lho, duluu kala, tapi aku nggak percaya
kalau dia sama sekali nggak senang dan
tersanjung. Naluri wanitakan sama. Mau babu,
mau model iklan, kalau ada laki-laki yang
memperhatikan berarti dirinya masih dinilai
cantik. Wanita kalau nggak ada yang
memperhatikan padahal sudah dandan habis-
habisan bisa bete seharian deh. Merana. Mikirin
dirinya yang sudah tidak menarik lagi (meskipun
hanya sopir tapi saya pernah belajar psikologi
wanita, dari buku yang kubaca di tukang loak
ketika sambil menunggu tuan belanja waktu itu.
He… he…
Nyonyaku katanya eks primadona kampus. Tapi
namanya manusia, biar mantan primadona atau
mantan pramuniaga kalau sudah digigit kesepian
yang amat sangat sekali dan sudah tak
tertahankan ya harus mencari solusinya. Boleh
jadi orang disekitarnya bisa digoda pula. Ingat
kasus nyonya muda Pondok Indah yang beradu
syahwat sama pembantunya yang sudah tua?
Awalnya suka membentak-bentak memarahi
sang bapak pembantu rumah tangga itu eh lama-
lama malah suka dan ketagihan dihentak-hentak
oleh si bapak itu dalam gairah asmara yang ganjil.
Itulah dunia erotis, susah dicerna tetapi
sebenarnya mudah diterima dengan suatu sudut
pandang yang polos. Jadi teorinya sederhana saja
sesungguhnya, bahwa yang namanya syahwat
itu adalah suatu naluri dasar. Naluri yang dibawa
manusia sejak lahir ke dunia ini. Dia belum
mengenal adat, tata krama, hukum, dsb. Benar-
benar murni. Setelah mulai menjadi dewasa
maka manusia menjadi milik lingkungannya.
Harus peduli sama lingkungan sosialnya.
Padahalkan awalnya nafsu itu nggak ada
kaitannya dengan ideologi, sosial, ekonomi,
politik, budaya dan hankam segala deh (inget
pelajaran SMP).
Nah lebih-lebih bila nafsunya itu ternyata
memberi pengalaman kenikmatan yang tiada tara
yang tidak didapatkan dari pasangan resminya.
Wah tambah ketagihan deh. Lha yang awalnya
diperkosa aja ada yang akhirnya bisa menikmati,
apalagi bagi yang didasari sama-sama butuh.
Para pelaku yang sudah pengalaman merasakan
nikmatnya bersenggama pasti pusing deh kalau
lama nggak digauli lawan jenisnya.
Emang sumpah nggak kepikir di benakku kalau
aku orang yang jelek dan kampungan ini ternyata
kebagian juga mendapat anugerah dalam bentuk
wanita cantik. Yaitu bisa menikmati seluruh lekuk
tubuh dan khususnya memek sang eks
primadona yang wangi itu. Hehehe. Enak gila.
Sudah gratis eh malah dihadiahin lagi. Nggak
usah maksa. Nggak usah merayu. Nggak usah
mikirin kasih makan. Nggak usah rebutan segala.
Kebayang dulu ketika beliau masih mahasiswi,
wah pasti seru ajang kompetisinya. Kayak AFI
kali. Yang ngrebutin pastilah ada anak orang kaya,
yang ganteng, yang bonafid, yang playboy, yang
aktivis, yang jagoan olah raga, dan seterusnya.
Tereliminasi semua bleh. Rugi mereka. Mending
jadi sopir kayak aku ini nggak usah modal kuliah
segala. Hihihi.
Sebenarnya aku kadang suka melamun
(melamun adalah satu-satunya harta kekayaanku)
mencari pemahaman mengenai keadaan ini.
Siapa yang salah ya? Tuanku yang terlalu sibuk
cari duit demi menyenangkan hati nyonya, atau
nyonya yang nggak punya kesibukan (emang
dari dulu dilarang tuan kerja karena bisnis tuan
masih berjalan dengan baik bahkan cenderung
meningkat pesat).
Sempet juga aku juga merasa kasihan sama
tuanku kalau dia hanya mikirin bisnisnya melulu.
Cari duit banyak-banyak maunya demi
kebahagiaan istri eh malah istri jarang dinikmati
alias banyak dianggurin aja. Tahu deh kalau di
luar suka jajan atau nyimpen WIL. Tetapi kalau
sampai nyimpen WIL segala apa ya maksimal
pemakaiannya. Paling dipakainya pas lagi
refreshing, itupun kalau sempet. Bisnismen itu
pasti lebih banyak sibuk ke bisnisnya ketimbang
ngurusin lain-lainnya. Gitu kali. Tapi yang penting
prinsipku: urusan atas adalah kewajiban tuanku
(mulut yang dikasih makan), urusan bawah (vegy
yang dikasih semprotan) adalah jatahku.
Adilkan? Menurut kaca mataku sih orang-orang
sibuk kayak tuanku itu mending memperistri
babu. Kalau capek pasti dengan suka rela mau
mijitin. Nggak banyak protes. Siap mendengar
keluh kesah setiap saat tanpa berani menyela.
Menurutku lhoo. Nah yang cantik-cantik kayak
nyonya dan mudah kesepian itu jodohnya ya
laki-laki yang punya banyak waktu luang untuk
memperhatikan dan siap sedia setiap saat kalau
dibutuhkan. Misalnya sopir kayak aku ini.
Huahahaha. Tapi masuk akalkan? Gimana nggak
masuk akal.
Orang seelite tuan pasti sudah biasa ketemu
wanita kelas tinggi yang cantik-cantik. Karena
sudah biasa maka ya jadi biasa. Lha orang kayak
aku ini kan selalu melotot dan melongo melihat
wanita-wanita sekelas nyonya. Pasti bawaannya
kagum dan kagum melulu. Melamun sepanjang
hari gimana bisa ngentot dengan wanita-wanita
kelas ini. Sama halnya dengan nyonya, bergaul
sama laki-laki berkelas pasti sudah biasalah. Yang
jarang adalah bergaul dengan laki-laki kasar.
Pasti menimbulkan khayalan erotis untuk
bersenggama dengan para lelaki kasar, yang
berotot, ngomong sembarangan, berpeluh kalau
bekerja, hidupnya cuma untuk hari ini, dan bla-
bla. Pastilah menimbulkan empati campur sensasi
begitu. Hahaha.
Nah gara-gara sering diminta melayani nyonyaku
yang hobi kesepian itu aku dimanjain dengan
hadiah-hadiah mahal. Kadang-kadang sih. Misal
dibeliin baju, sepatu, minyak wangi dan
sebagainya yang bermerk. Sekarang aku kenal
baju merk Arrow, kata orang sih harganya
ratusan ribu. Tapi aku nggak berani pakai kalau
lagi ada tuan, nanti ditanya kok bisa beli baju
mahal. Masak mau nggak makan setengah bulan
demi beli baju semahal itu. Kan bisa ketahuan,
kasihan nyonya. Aku sih paling dipecat. Lha kalau
nyonya dicerai? Apa ya mau ikut aku jadi istri
keduaku. Pasti enggak mau. Memang lucu juga
ya. Urusan perut sama bawah perut bisa
demikian jauhnya. Tapi nggak apa-apa.
Mendingan begini.
Jauh lebih menguntungkan bagiku. Dikasih tapi
nggak dituntut. Kayak bintang sinetron yang
dituduh memperkosa seorang cewek,
disebarluaskan di media massa. Coba kalau yang
memperkosa cuma tukang ojek, preman, kuli,
atau sopir nggak bakalan diberita-beritain besar-
besaran sama korban. Nggak usah dituntut kawin
cukup laporin polisi aja (atau malah dipetieskan
aja kasusnya). Lha, apa malah nggak enak. Kalau
mau dipenjara ya nggak masalah. Nggak punya
apa-apa ini kecuali kolor. Dibiarkan bebas ya lebih
asyik bisa cari yang lebih ranum lagi. Enak juga
sebenarnya yah kaum ‘nothing to lose’ alias kaum
yang cuma bermodal nafas ini. Hehe.
Tiba-tiba lamunanku dibubarkan secara sepihak
oleh nyonya.
“Rusmiin.. Hayo sore-sore gini sudah bejo
(bengong jorok) ya. Kebeneran, sini masuk
kamar, Dear”
Tugas sampingan sudah memanggil-manggil.
Syeddaapp. Kebetulan kami dua hari ini lagi
nginep di villa keluarga di daerah puncak. Tuan
seperti biasa lagi urusan ke luar kota. Anak-anak
nyonya pada mau ujian jadi mereka harus belajar
di rumah. Ibunya beralasan mau menengok villa-
nya dan kebun buah-buahannya. Berdua saja
kami ini. Makanya nyonya berani teriak-teriak
semaunya ketika mau ngajak ML. Kulihat nyonya
sudah pakai daster tipis putih dan sedang duduk
di pinggir ranjang. Kaki kanan diangkat di bibir
ranjang sementara yang kiri menyentuh lantai.
Waduh seksi sekali Yayangku ini.
“Wah sudah nggak sabaran yah Yang?”
“Iya tahu, mau cepetan dirudal ama penismu
yang nggak kira-kira gedenya itu. Ayyoo cepetan
sinnii. Jangan sok maless gitu aah..”
Aku emang kadang suka menggodanya dengan
berlagak malas melayaninya. Kalau udah gitu
kemanjaan nyonya suka muncul.
“Iya deh, mau apa dulu nih Say?”
“Jilatin seluruh tubuhku tanpa tersisa. Ini
perintah..!”
Lalu dasternya telah merosot ke bawah secara
kilat. Seperti biasa kalau sudah siap tempur
nyonyaku nggak pakai CD dan Bra. Sudah polos
total. Dia tengkurap. Aku mendekat. Kumulai
jilatan dari ujung jari kaki.
“Ehm”
Belum apa-apa. Pelan-pelan sekali kujilat dan
kuhisap jari-jarinya satu per satu. Telapak
kakinya. Betisnya yang berbulu agak jarang dan
panjang-panjang. Bikin naik darah.
“Emh..” Mulai ada reaksi. Pindah ke kaki satunya.
“Emh..” Lagi ketika tiba di betis.
Kuteruskan ke arah paha belakang. Permainan
semacam ini memang perlu kesabaran tersendiri.
Di samping itu juga membantuku untuk tidak
cepat naik selain membantunya untuk mulai
warming up duluan. Oh ya perlu kuberitahu,
sejak aku didayagunakan begini jadi rajin minum
jamu kuat kalau enggak wah bisa remuklah aku.
Kuat banget dan tahan lama sih nyonya mainnya.
“Ahh.. Hemhh..”
Begitu bunyi mulutnya ketika lidahku mulai
mengusap pangkal pantatnya (Mau enggak ya
tuan disuruh begini ama nyonya? Mungkin inilah
kelebihanku mau apa aja. Biarin, gratis dan
ueennakk ini. Hehehe.) Kubikin lama dalam
melulurin area x, kubikinnya libidonya memuncak
lebih cepat. Kupercepat sapuanku. Kuselingi
dengan sodokan-sodokan memasuki celahnya.
“Aauuhh.. Auuhh.. Auuhh.. Ruuss..”
Mulai kepanasan dia. Basah. Kuremas-kuremas
pantatnya yang montok putih mulus. Lalu
kujulurkan tangan kananku menuju punggung.
Kuusap sejenak terus menukik melesak ke
bawah, teteknyalah sekarang sasaran
sentuhanku.
“Buussyyeet.. Ruuss.. Pentil.. Ooh.. Ya.. Yaa..
Pentilku diusap.. Ussaaph.. Ahh ”
Aku merambat naik dan kukangkangi dengan
sedikit merapat. Tidak kontak ketat. Gesekan-
gesekan burungku yang masih dalam sangkar
celana sengaja kuarahkan ke pantatnya. Kujilati
pinggang, punggung, pundak, leher, belakang
telinga.
Dan, “aahh balikk..” Nyonya membalikkan
badannya.
Sebenarnya aku sudah enggak tahan mengulum
bibirnya. Penisku sudah demikian kencangnya.
Tapi ya sabar dah. Belum ada perintah selain
menjilat sih. Kumulai menjilati leher depan, turun
ke ketiak yang licin, ke lengan, telapak tangan, jari,
ke dada. Di sekitar itu aku berlama-lama. Kuputari
gunung kembarnya bergantian. Kiri-kanan. Kiri-
kanan. Diselingi mengisep pentilnya.
“Auh.. Auh.. Auhh.. Ah.. Ahh”, tangannya mulai
menjambak rambutku dan kadang ditekan-
tekannya kepalaku agar teteknya mendapat
kenikmatan paripurna. Sesek napas juga sih kalau
kelamaan. Kucek selangkangannya. Woow,
tambah basah. Kupegang tangan satunya lalu
kuarahkan untuk mulai mengusapi dan
memencet rudalku. Menurut dia.
“Kulum, Dear” Dengan menjatuhkan berat
badanku sementara kakinya sudah mulai
mengangkang, tangan kiriku keselipkan dibawah
punggungnya, tangan kananku memegang tetek
kanannya, maka kuserbu bibirnya tanpa ampun.
Saling memilin lidah kami. Saling tumpah ludah
kami. Sambil kusodok-kusodokkan burungku
yang masih tersimpan dalam sangkarnya tepat di
area tempiknya (memeknya). Gemes aku ingin
memasukkan. Tapi ada kenikmatan juga ketika
menyodok namun terhambat.
Meskipun agak sakit juga. Sensasi begini kadang
lebih mengasyikkan ketimbang main masuk
langsung. Terus kukulum, kuhisap, kujilat, ambil
napas, lalu serbu lagi. Seperempat jam kami
beradu mulut dan bibir. Setelah mengambil nafas
sebentar kukulum hidung bangirnya. Kujilati. Aku
hobi juga mengulum dan menjilati hidung-
hidung yang mancung begini. Kadang
kumasukkan (tentu saja tidak masuk, bego)
lidahku ke lobang-lobangnya. Kakinya yang kanan
mulai membelit, menumpangi kaki kiriku.
“Lepass baaju dann celanamuu..”
Kulepaskan ikatan ragawi kami. Turun dari
ranjang untuk menelanjangi diriku. Polos. Kunaiki
ranjang lagi. Kutempelkan penisku mengarah ke
bawah memeknya sehingga dalam posisi masih
bebas di luar liangnya. Kutindih lagi. Kunikmati
setiap inchi tubuh halus mulusnya melalui kontak
tubuh kami yang penuh. Kalau bisa tidak ada
yang lolos. Kulanjutkan dengan adu ciuman.
Kujilati dagunya, pipinya, kukulum kupingnya.
Mendongak-dongak dia. Desahnya semakin
kacau. Jepitan kakinya sudah dua sekarang. Tiba-
tiba tangannya merogoh burungku. Ditekan-
tekannya ke arah bibir liang.
Lalu, “slep..” Masuklah burungku. Kubiarkan
berdiam diri dulu. Aku masih menikmati kontak
total begini sambil menggeliat-geliat. Kuingin
menikmati tekanan tetek-teteknya di dadaku lebih
lama. Kuingin menikmati gesekan-gesekan antar
paha, gesekan-gesekan antar perut, gesekan-
gesekan antar kulit. Kupejamkan mataku agar
indera sentuhku bekerja dengan sempurna dalam
memberikan sarafku kenikmatan sebuah
persetubuhan.
“Sooddook..” Tanpa rela kumelepaskan belitanku
mulai kupompa memeknya dengan melengkung-
lengkunkan pinggulku. Tangan kiriku menyusup
di bawah punggungnya menggapai pinggir luar
tetek kanannya, tangan kananku menyusup ke
bawah menjangkau ujung memek belahan
belakang.
Kujawil-jawil. Kaki-kakinya merangkul kaki-kakiku
semakin erat. Digoyang naik turun pantatnya
seirama dengan maju mundurnya sodokanku.
Nafas-nafas kami dalam dan berat dalam
mendukung kerja persetubuhan. Erangan-
erangannya meningkahi sodokanku yang kubikin
dalam-dalam. Sedalam mungkin. Suara kecipak
cairan memeknya mengiringi maju mundurnya
penisku yang memenuhi liang memeknya.
Penuh. Diameter rudalku tak menyisakan sela.
Padat dan kesat. Itulah mengapa nyonyaku jadi
keranjingan.
“Cepetin.. Cepetin.. Nyoddookknyaa.. Aah.. Ahh..”
Aku terus menghujaminya bagaikan antan
penumbuk padi yang terus bertalu-talu berirama
konstan. Kuingin melesak lebih dalam lagi. Lebih
jauh lagi. Urat-urat rudalku pasti sebesar-besar
kabel listrik kalau bisa dilihat.
“Edaann.. Teruss.. Banggsaatt.. Jembbuut..
Konttoll.. Aahh.. Aahh.. Aahh.. Ayoo.. Genjott..
Teruss.. Teruss ”
Kejorokan nyonyaku sudah tidak asing lagi di
telingaku ketika persenggamaan sedang mendaki
puncak. Akan menambah daya hentak dan
meluapkan sensasi-sensasi paling primitif sang
nafsu yang dimiliki makhluk hidup. Dengan cepat
dan kasar kubalikkan tubuhnya tengkurap lalu
buru-buru kusodokkan lagi rudalku ke
memeknya melalui belakang. Kubelit lagi dirinya.
Kususupkan kembali kedua tanganku
menjangkau tetek-teteknya secara menyilang.
Kuremas-kuremas dengan kasar. Kususupkan
kepalaku di samping lehernya. Kuendus dan
kuhisap leher jenjangnya yang wanginya telah
pudar karena leleran keringat.
“Plak.. Plok.. Plak.. Plok..” bunyi pantatnya beradu
dengan selangkanganku. Kurangsak. Klitorisnya
lebih mudah kugasaki dari belakang. Kupercepat
tonjokan-tonjokan ke klitorisnya. Semakin
menggila dia.
“Bajingann.. Sopirr.. Dassarr.. Teruss.. Yah.. Yah..
Bangsat.. Kamuu.. Adduh.. Ennakk.. Uahh..
Uahh.. Auhh.. Ahh.. Eaarghh.. Mmpphh.. Ooh..”
Semakin cepat kedut-kedutan memeknya
memijiti rudalku. Dan, “aahh.. Hh.. Aku
keluaarhh.. Russ.”
Mengejang dia dan terangkat pantatnya kuat-kuat.
Namun masih saja kugasaki sampai beberapa
detik akhirnya menyemburlah pancaran magma
dari rudalku.
“Jrrott.. Jroott.. Crrott ” Liangnya kupenuhi
dengan semburan-semburan maniku. Lemas.
Masih kutumpangi dia. Tersengal-sengal nafas
kami. Kugesek-kegesekin hidungku ke lehernya.
****
Awal bagaimana akhirnya kami memadu asmara
begini yaitu ketika setelah mengantar anak-
anaknya sekolah. Ketika berangkat mengantar
anak-anaknya sekolah nyonya duduk sama yang
kecil di belakang. Yang gede di depan di
sampingku. Mereka kelas 5 dan kelas 2. Cewek
semua. Pada jalan pulang nyonya duduk di
depan. Dia memintaku untuk tidak langsung
pulang. Dimintanya aku masuk tol dalam kota.
Kami berputar-putar beberapa kali.
Rupanya sudah agak lama dia sebenarnya ingin
curhat. Berhubung nyonyaku membatasi
pergaulannya sejak menikah demi suaminya,
maka pergaulannya jadi amat terbatas. Sebatas
keluarga dan para pembantu-pembantunya,
termasuk aku sebagai sopirnya. Sehingga ketika
nggak tahan untuk bercurhat maka akulah yang
tersedia untuk menjadi sasaran tumpahan
emosinya. Lebih mudah dan lebih terjaga
kerahasiaannya karena dilakukan di luar rumah,
sambil keliling-keliling seperti sekarang ini.
Rupanya jatah dari tuan baik dalam bentuk
perhatian maupun keintiman dirasanya kurang.
Nyonya memaklumi kesibukan tuan, namun
sebagai wanita yang masih kuat kebutuhan emosi
dan biologisnya menuntut jatah yang normal
ketimbang cuma sebulan sekali atau paling banter
2 kali. Tidak terus terang sih ngomongnya, tapi
diserempetin.
“Kamu sama isterimu berapa kali dalam sebulan
berkasih-kasihan, Rus?”
“Seminggu sekali atau ya bisa dua tiga kali, Nya.”
“Wah bahagia sekali dong isterimu ya.”
“Ya namanya kewajiban suami untuk
membahagiakan isteri mau gimana lagi.”
Lalu diam seperti melamun. Waktu aku mau oper
gigi persneling rupanya tanpa sengaja tanganku
menyinggung pahanya. Baru kusadari rupanya
nyonya duduknya agak mepet ke tongkat
persneling. Aku minta maaf. Nyonya diam saja.
Seerr juga aku sebenarnya. Tapi aku mana berani
memikirkan kejadian barusan. Entah ini sudah
putaran yang ke berapa tapi nyonya masih minta
diputerin lagi. Kalau ada yang tahu berapa kali
kami muterin Jakarta pasti mikir ini orang mau
jalan-jalan tapi maunya irit ya. Sekali bayar tol tapi
puas muter-muter. Ketika mau pindah gigi lagi
aku sebenarnya sudah agak sungkan-sungkan
tapi harus kulakukan karena aku sudah
mengurangi kecepatan.
Semoga sudah geser duduknya. Eh lhadalah,
kesenggol lagi. Busyet ini nyonya kayak nggak
peduli atau sengaja. Sempet kurasakan tadi kalau
yang kesenggol bukan kain, lebih halus dari itu,
pura-pura nengok spion sebelah kiri maka
dengan sudut mataku kucoba cari info apa yang
sebenarnya kusenggol tadi apakah benar kulit
manusia. Nyonyaku ikut nengok melihat spion
kiri. Kesempatan dalam waktu sedetik kulihat ke
lokasi persenggolan tadi.
Benar. Deg. Ternyata pahanya yang kesenggol
tadi. Wah rok nyonya kok telah tersingkap. Sadar
nggak ya dia. Kubiarkan. Ternyata rok yang
dipakai ada belahan tinggi di sisi kanan, dan kini
belahannya ternyata telah menyibakkannya diri
sedemikian rupa sampai.. Pangkalnya. Deg. Deg.
Wah. Eh secepat kilat nyonya membalikkan
kepalanya ke arahku dan ada senyum tipis.
Matanya menatapku tanpa sepatah katapun.
Terus kembali lurus menatap jalan di depan.
“Nggak apa-apa kok” Modar kowe. Meriang panas
dingin sekarang hawa tubuh yang kurasakan.
Sebagai lelaki bangkitlah keberanianku
mencandainya.
“Nggak apa-apa gimana, Nya?”
“Nyenggol-nyenggolnya tadi itu.”
“Maaf gak sengaja, Nya.”
“Sengaja juga nggak apa-apa.”
“Ah nyonya, mana berani.”
“Lho, inikan dikasih ijin. O enggak mau ya sama
aku? Ya sudah kalo gitu”
“Wadduh Nya, mana ada lelaki yang sebodoh itu.
Nyonya itu cantik banget. Saya minder di dekat
nyonya, sungguh.”
“Ah masak sih.”
Tiba-tiba tangan kiriku diraihnya dan disentuhkan
ke pahanya. Yang kesenggol tadi, ingat? Ehhm,
kutatapnya dia. Saya balasannya. Mulai berani
kugerakkan tangan kiriku yang beruntung itu,
lebih menyerupai mengelus. Nyonyaku mulai
bersandar. Agak dimajukan duduknya sehingga
pahanya semakin mudah kujangkau. Coba
kutelusuri menuju pangkal. Merem dia. Agak ke
dalam lagi. Lalu sampai pangkal.
“Ah.” Lenguhan pendeknya keluar. Kuusap-
usapnya pangkal pahanya, tempat sang memek
bersemayam. Mendesah dia. Tiba-tiba tangan
kanannya menerobos ke pangkalanku juga.
“Oh, gede punyamu, Min.”
“Bagilah dirimu denganku selain istrimu, maukan
Rus?”
Aku diam. Semua ini terjadi mendadak. Lalu aku
nafsu dan mengangguk. Dan kami terus saling
mengusap sampai bocor bersama. Sebenarnya
sejak kejadian itu dia menyatakan menyesal
karena telah berbuat sejauh itu yang tidak
terbayangkan sebelumnya. Dia berjanji untuk
tidak mengulanginya karena akan menyakiti hati
suaminya dan isteriku kalau ketahuan nanti. Aku
setuju. Tapi waktu jua yang akhirnya
mengalahkan kami sesuai kodrat alam yang
minta dipenuhi.
Akhirnya kami mengulanginya dan
mengulanginya lagi sampai akhirnya benar-benar
alat vital kami beradu. Pernah aku sarankan untuk
mencari gigolo-gigolo saja yang tampan dan
keren daripada aku yang hanya bagian dari
kumpulan manusia kasar, jelek dan rendah. Dia
hanya menggeleng. Mungkin dia ingin
kerahasiaannya lebih terjaga kalau berhubungan
dengan satu orang saja. Orang terdekatnya.
Apakah demi status sosialnya atau martabatnya
atau nama baiknya. Entahlah. Atau takut
menjurus ke arah kecanduan, cenderung ingin
mencoba-coba berbagai jenis pria. Entahlah. Atau
memang sudah tercukupi kebutuhannya.
Entahlah. Atau memang bagian dari fantasinya,
mencoba ekstrimitas, menikmati dunia-dunia
kasar. Entahlah juga. Kalau aku jelas, sulit
menghindari daya pikat wanita dari kelas yang
jauh di atasku dan memiliki kecantikan yang
bagaikan putri dari langit. Lalu kapan lagi. Hehe…
http://3.bp.blogspot.com/-NG_0lDD-uLU/TcLLjK7CSDI/AAAAAAAAAM8/S7-Coz7Ng7c/s1600/Taiwan%2Bpretty%2Bgirl%2BSally%2BMu%2BRong%2BQingxin%2Bself-shot%2Bphoto%2Bwithout%2Bmakeup%2B%25285%2529.jpg


Adult | GO HOME | Exit
1/10059
U-ON

inc Powered by Xtgem.com